LAPORAN
PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT
Disusun
oleh :
Nama :
Rizky Suryaman Simbolon
NPM :
E1I015024
Kelas/Kelompok : A/2
Dosen Pengampu :Dewi Purnama S.Pi, M.Si
Person Pesona S.Kel, M.Si
Co.Asisten :1. Heti Lesmiana
2. Worken Malau
3. Dodi Andika
4. Lengga Marta Sari
5. Sebrina Sihite
PROGRAM
STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya
panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunian-Nya
saya dapat menyelesaikan Laporan Biologi Laut mengenai Ekosistem Mangrove dan
Padang Lamun dapat terlaksana dengan baik. Tak lupa penyusun mengucapkan rasa
terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak berperan penting dalam
membantu penyusunan laporan ini, yaitu kepada bapak dan ibu sebagai dosen
pembimbing yang banyak memberikan semangat dan masukan baik dalam toeri maupun
pelaksanaannya.
Dalam
penyusunan laporan lengkap peyusun meyadari bahwa laporan ini sangat jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu peyusun mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga dapat dijadikan pedoman agar
memperbaiki penyusunan laporan selanjutnya.
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………….....……………….................................i
Kata Pengantar
……………………………………………………............……... ii
Daftar Isi
……………………………………………………………............…....iii
BAB I
Pendahuluan …………………………………………………………….....1
1.1 Latar Belakang
………...…………………………………………....….. 1
1.2 Rumusan Masalah
………………………………............……………… 1
1.3 Tujuan Penulisan ……………………….………...........………………..1
1.4 Manfaat Penulisan ……………………………….…...…………………2
BAB II Tinjauan Pustaka .………………………………..……….……………. 3
2.1 Mangrove……………..……………..………..……...………………
3
2.1.1……………………………………………………….
……….
2.1.2…………………………………………………………………
2.1.3…………………………………………………………………
2.1.4…………………………………………………………………
2.2 Lamun ….……...……………………………………..………............
3
2.2.1…………………………………………………………………
2.2.2…………………………………………………………………
2.2.3…………………………………………………………………
2.2.4…………………………………………………………………
BAB III Metedologi……………………………………………………………….3
3.1.1………………………………………………………………..3
3.2.1………………………………………………………………..3
Bab IV Hasil
dan Pembahasan…………...…………………………….……...…..4
4.1
Kondisi Fisik Pantai Ponjok Ba.……………..………..……..4
4.2
Identifikasi ……………………………………………………5
BAB V Penutup.……….……………............……………………………………
6
5.1 Simpulan ……………....……..............………………………
6
Daftar
Pustaka …………………………..……………………….. 7
Lampiran ................................................................................................................
8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Tumbuhan manggrove adalah
tumbuhan yang dapat beradaptasi dengan tingkat salinitas perairan yang tinggi.
Tumbuhan ini banyak di jumpai pada daerah pesisir pantai yang masih di
pengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Tumbuhan manggrove yang biasanya hidup
di substrat berlumpur dapat semagai penghalang gelombang dan pencegah
terjadinya abrasi pantai oleh ombak. Tomlinson (1986) dan Wightman (1989)
mendefinisikan mangrove baik sebagai tumbuhan yang terdapat di daerah pasang
surut maupun sebagai komunitas. Mangrove juga didefinisikan sebagai formasi
tumbuhan daerah litoral yang khas di pantai daerah tropis dan sub tropis yang
terlindung (Saenger, dkk, 1983). Sementara itu Soerianegara (1987)
mendefinisikan hutan mangrove sebagai hutan yang terutama tumbuh pada tanah
lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut
air laut, dan terdiri atas jenis-jenis pohon Aicennia, Sonneratia, Rhizophora,
Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora
dan Nypa.
Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem di wilayah pesisir yang mempunyai peran sangat penting dalam mendukung produktivitas
perikanan, sebagai nursery ground (tempat pembesaran) dan spawning
ground (tempat pemijahan) bagi beragam
jenis biota air. Disamping itu juga sebagai penahan erosi pantai, pencegah intrusi air laut ke daratan,
pengendali banjir, merupakan perlindungan
pantai secara alami mengurangi resiko dari bahaya tsunami dan juga merupakan habitat dari beberapa jenis satwa liar
(burung, mamalia, reptilia dan amphibia)
(Othman, 1994).
Banyak daerah di laut dangkal yang diliputi
oleh tumbuhan “rumput” air yang lebat, yang secara umum disebut rumput-rumputan
laut (lamun).Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang beradaptasi untuk hidup
terendam di dalam air laut.Lamun (sea grass), atau disebut juga ilalang laut
merupakan satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang terdapat di
lingkungan laut.Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang
dangkal. Seperti halnya rumput didarat, mereka mempunyai tunas berdaun tegak
dan tangkai-tangkai yang merayap yang efektif untuk berkembang biak. Berbeda
dengan tumbuh-tumbuhan laut yang lainnya (alga dan rumput laut), lamun
berbunga, berbuah, dan menghasilkan biji.Mereka juga mempunyai akar dan sistem
internal untuk menghangkut gas dan zat-zat hara.
Lamun (sea grass), atau disebut juga ilalang
laut merupakan satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang terdapat di
lingkungan laut.Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal.
Seperti halnya rumput didarat, mereka mempunyai tunas berdaun tegak dan
tangkai-tangkai yang merayap yang efektif untuk berkembang biak. Berbeda dengan
tumbuh-tumbuhan laut yang lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga,
berbuah, dan menghasilkan biji.Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal
untuk menghangkut gas dan zat-zat hara.Salah satu bentuk kekayaan flora di
perairan Indonesia yaitu adanya tumbuhan lamun.Lamun adalah satu-satunya
kelompok tumbuhan berbunga yang hidup dilingkungan laut.
Lamun
merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan
merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme. Fungsi-fungsi di dalam
ekosistem ini pun harus berlangsung dalam satu satuan rangkaian dimana satu
sama lainnya tidak dapat dipisahkan. Semua ekosistem selalu terbuka, sebab
semua ekosistem mempunyai batas-batas yang nyata.Ada energi dan bahan-bahan
yang terbentuk didalamnya yang terus menerus keluar dari ekosistem setelah
digunakan oleh organisme yang hidup didalamnya.Tempat hidup sekelompok makluk
hidup disebut habitat.Makro habitat dibagi atas habitat darat dan habitat air.
1.2TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum biologi laut ini adalah:
1. Melakukan pengamatan lamun dan mangrove di
desa Kahyapu.
2. Agar praktikan mampu mengidentifikasi dan
mengklarifikasikan flora dan fauna yang ada di zona ekositem mangrove,
ekosistem lamun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mangrove
2.1.1 Definisi Mangrove
Kata mangrove
berasal dari kombinasi antara istilah dalam Bahasa Portugis mangue dan Bahasa
Inggris grove (Macnae, 1974). Menurut bahasa Inggris, kata mangrove digunakan
untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang surut atau setiap
individu jenis tumbuhan yang berasosiasi dengannya, sedangkan dalam bahasa
Portugis istilah mangrove digunakan untuk setiap individu spesies tumbuhan yang
hidup di laut dan kata mangal untuk menyatakan komunitas tumbuhan yang terdiri
dari jenis-jenis mangrove (Macnae, 1974).
Hutan mangrove
merupakan komunitas pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon
mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang di daerah pasang surut baik pantai
berlumpur atau berpasir (Bengen, 1999). Saenger et al. (1983) mendefinisikan
mangrove sebagai karaktersitik formasi tanaman littoral tropis dan sub tropis di sekitar garis
pantai yang terlindung. Nybakken (1992) menggunakan sebutan bakau untuk suatu
komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa spesies pohon
yang khas atau semak-semak dengan kemampuan untuk tumbuh di perairan asin.
Mangrove juga didefinisikan sebagai ekosistem hutan yang memiliki toleransi
terhadap kadar garam pada daerah intertidal di sepanjang garis pantai (Hamilton
dan Snedaker, 1984 in Aksornkoae, 1993).
2.1.2 Adaptasi Vegetasi Mangrove
Beberapa adaptasi mangrove antara
lain (Bengen, 1999) :
a. Adaptasi terhadap kadar oksigen
rendah.
Pohon mangrove memiliki bentuk
perakaran yang khas.Avicennia sp Xylocarpus sp dan Sonneratia sp memiliki tipe akar cakar ayam dengan pneumatofora
untuk mengambil oksigen dari udara.Rhizophora
sp memiliki tipe akar penyangga atau tongkat dengan lentisel (Gambar 2).
Gambar
2. Tipe-tipe akar mangrove (a) akar papan (b) akar cakar ayam
(c) akar tunjang (d) akar lutut
(Bengen, 1999)
b.
Adaptasi terhadap kadar garam tinggi
Mangrove memiliki sel-sel khusus dalam
daun yang berfungsi untuk menyimpan garam.Daun mangrove yang tebal, kuat dan
banyak mengandung air berfungsi mengatur keseimbangan garam.Daun mangrove juga
dilengkapi struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.
c.
Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil dan pasang surut
Mangrove mengembangkan struktur akar
yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan horizontal yang lebar.Selain
memperkokoh pohon, akar tersebut juga berfungsi untuk mengambil unsur hara dan
menahan sedimen.
Hutchings dan Saenger (1987),
menjelaskan tiga cara mangrove beradaptasi, yaitu :
a) Salt Extrusion / Salt
Secretion. Mangrove menyerap air bersalinitas tinggi kemudian mengeksresikan
garam-garaman melalui sistem yang terdapat dalam salt gland di daun.
b) Salt Eclusion. Akar
mangrove mencegah garam-garaman masuk dengan cara menyaring garam-garaman
tersebut.
c) Salt Accumulation. Mangrove mengakumulasi
garam-garaman (Na dan Cl) di daun, kulit kayu dan akar. Daun penyimpan garam
biasanya akan gugur setelah akumulasi garam melewati batas. Kelebihan garam
dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan buah mangrove.
2.1.3 Faktor Pembatas Tumbuhan Mangrove
Faktor-faktor
lingkungan yang berinteraksi satu sama lain secara kompleks akan menghasilkan
asosiasi jenis yang juga kompleks. Dimana distribusi individu jenis tumbuhan
mangrove sangat dikontrol oleh variasi faktor-faktor lingkungan seperti tinggi
rata-rata air, salinitas, pH, dan pengendapan (Hasmawati, 2001)
1. Suhu
Pada
perairan tropik suhu permukaan air laut pada umumnya 27°C - 29°C. Pada perairan
yang dangkal dapat mencapai 34°C. Di dalam hutan bakau sendiri suhunya lebih
rendah dan variasinya hampir sama dengan daerah-daerah pesisir lain yang
ternaung .
2.
Pasang Surut
Pasang
surut adalah naik turunnya air laut (mean sea level) sebagai gaya tarik
bulan dan matahari. Untuk daerah pantai fenomena seperti ini merupakan proses
yang sangat penting, yang tidak dapat diabaikan oleh manusia dalam usahanya
untuk memanfaatkan, mengelola maupun melestarikan daerah pesisir.
Pengaruh
aktifitas pasang surut di daerah muara sungai sangat besar karena pasut bukan
hanya merubah paras laut dengan merubah kedalamannya, melainkan dapat pula
sebagai pembangkit arus yang dapat mentranspor sedimen. Selain itu pasut juga
berperan terhadap proses-proses di pantai, seperti penyebaran sedimen dan
abrasi pantai. Pasang naik akan menimbulkan gelombang laut dimana sedimen akan
menyebar di dekat pantai, sedangkan bila air laut surut akan menyebabkanmajunya sedimentasi ke arah
laut lepas (Kaharuddin, 1994)
3. Substrat (sedimen).
Sedangkan
Anwar dkk. (1984), menyatakan bahwa lahan yang terdekat dengan air pada
areal hutan mangrove biasanya terdiri dari lumpur dimana lumpur diendapkan.
Tanah ini biasanya terdiri dari kira-kira 75% pasir halus, sedangkan kebanyakan
dari sisanya terdiri dari pasir lempung yang lebih halus lagi. Lumpur tersebut
melebar dari ketinggian rata-rata pasang surut sewaktu pasang berkisar terendah
dan tergenangi air setiap kali terjadi pasang sepanjang tahun. Klasifikasi sedimen
pantai disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Sedimen Pantai
Berdasarkan Skala Wentworth
|
Kelas
Ukuran Butiran
|
Diameter
Butiran
|
|
|
Mm
|
Skala
|
|
|
Boulder
(Berangkal)
|
>256
|
<-8
|
|
Cobbe
(kerikil kasar)
|
45 -256
|
(-6) – (-8)
|
|
Pebble
(kerikil sedang)
|
4 – 64
|
(-2) – (-6)
|
|
Granule
(kerikil halus)
|
2 – 4
|
(-1) – (-2)
|
|
Very
Coarse Sand (Pasir sangat halus)
|
1 – 2
|
0 – (-1)
|
|
Coarse
Sand (pasir sedang)
|
0,5 – 1
|
1 – 0
|
|
Medium
Sand (Pasir sedang)
|
0,23 – 1
|
2- 1
|
|
Fine
Sand (pasir halus)
|
0,125 – 0,25
|
3 – 2
|
|
Very
Fine Sand (pasir sangat halus)
|
0,062 – 0,125
|
4 – 3
|
|
Silt
(debu)
|
0,0039 – 0,062
|
8 – 4
|
|
Clay
(lumpur)
|
< 0,0039
|
> 8
|
Sumber : Hutabarat dan Evans, 1985
4.
Kecepatan Arus
Arus
merupakan perpindahan massa air dari suatu tempat ke tempat lain di sebabkan
oleh sebgaian faktor seperti hembusan angin, perbedaan densitas atau pasang
surut. Faktor utama yang dapat menimbulkan arus yang relatife kuat adalah angin
dan pasang surut. Arus yang disebabkan oleh angin pada umumnya bersifat musiman
dimana pada suatu musim arus mengalir ke suatu arah dengan tetap pada musim
berikutnya akan berubah arah sesuai dengan perubahan arah angin yang terjadi
(Hasmawati, 2001)
Hasmawati
(2001), menyatakan bahwa kecepatan arus secara tak langsung akan
mempengaruhi substrat dasar perairan. Berdasarkan kecepatannya maka arus dapat
dikelompokkan menjadi arus sangat cepat (>1 m/dt), arus cepat (0,5-1 m/dt),
arus sedang (0,1-0,5 m/dt) dan arus lanibat (<0,1 m/dt).
5. Salinitas
Pohon
mangrove tahan terhadap air tanah dengan kadar garam tinggi, tetapi pohon-pohon
mangrove juga dapat tumbuh dengan baik di air tawar (Anwar,dkk,.1984).
Ketersediaan air tawar dan konsentrasi salinitas mengendalikan efesiensi
matabolik (metabolic efficiency) vegetasi hutan mangrove. Walaupun
spesies vegetasi mangrove memiliki mekanisme adaptasi yang tinggi terhadap
salinitas, namun kekurangan air tawar menyebabkan kadar garam tanah dan air
mencapai kondisi ekstrim sehingga mengancam kelangsungan hidupnya (Dahuri,
2003). .
6.
Derajat keasaman (pH)
Derajat
keasaman untuk perairan alami berkisar antara 4-9 penyimpangan yang cukup besar
dari pH yang semestinya, dapat dipakai sebagai petunjuk akan adanya buangan
industri yang bersifat asam atau basa yaitu berkisar antara 5-8 untuk air dan
untuk tanah 6 - 8,5 dan kondisi pH di perairan mangrove biasanya bersifat asam,
karena banyak bahan-bahan organik di kawasan tersebut. Nilai pH ini mempunyai
batasan toleransi yang sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor
antara lain suhu, oksigen terlarut, alkalinitas dan stadia organisme
(Hasmawati, 2001).
2.1.4 klasifikasi
a. Rhyzophora apiculata
kingdom : plantae
divisi : magliophyta
kelas : magnoliopsida
ordo : myrtales
famili : Rhizophoraceae
genus : Rhizophora
spesies : Rhizophora apiculata
b. Avicenia rumphiana
kingdom : plantae
divisi : magnoliophyta
kelas : megnoliopsida
ordo : lamiales
family : Acanthaceae
genus : Avicenia
spesies : Avicenia rumphiana
2.2 LAMUN
2.2.1 Definisi Lamun
Lamun
(seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji satu
(monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah.Jadi sangat
berbeda dengan rumput laut (algae).Lamun dapat ditemukan di seluruh dunia
kecuali di daerah kutub.
Padang lamun merupakan habitat bagi
beberapa organisme laut.Hewan yang hidup dipadang lamun ada yang sebagai
penghuni tetap dan ada pula yang bersifat sebagai pengunjung.Ada hewan yang
datang untuk memijah seperti ikan dan ada pula hewan yang datang mencari makan
seperti sapi laut (dugong-dugong) dan penyu (turtle) yang makan lamun
Syriungodium isoetifolium dan Thalassia hemprichii (Husni, 2003).
Peranan padang lamun secara fisik di
perairan laut dangkal adalah membantu mengurangi tenaga gelombang dan arus,
menyaring sedimen yang terlarut dalam air dan menstabilkan dasar sedimen.
Peranannya di perairan laut dangkal adalah kemampuan berproduksi primer yang
tinggi yang secara langsung berhubungan erat dengan tingkat kelimpahan
produktivitas perikanannya. Keterkaitan
perikanan dengan padang lamun sangat sedikit diinformasikan, sehingga perikanan
di padang lamun Indonesia hampir tidak pernah diketahui. Keterkaitan antara
padang lamun dan perikanan udang lepas pantai sudah dikenal luas di perairan
tropika Australia (Zulkifli,2003)
2.2.2
Klasifikasi
1.
Thalassia Hemprichii
Kingdom: Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Class: Liliopsida
Ordo :
Alismatales
Family: Hydrocharitaceae
Genus:
Thalassia .
Spesies :Thalassia
hemprichii
. 2.
Enhalus Acoroides
Kingdom: Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class: Liliopsida
Ordo: Hydrocharitales
Family: Hydrocharitaceae
Genus:
Enhalus
Spesies : Enhalus acoroide
2.2.3
Ekosistem Lamun
Lamun mempunyai perbedaan yang nyata dengan tumbuhan yang
hidup terbenam dalam laut lainnya, seperti makro-algae atau rumput laut
(seaweeds).Tanaman lamun memiliki bunga dan buah yang kemudian berkembang
menjadi benih.Lamun juga memiliki sistem perakaran yang nyata, dedaunan, sistem
transportasi internal untuk gas dan nutrien, serta stomata yang berfungsi dalam
pertukaran gas.Akar pada tumbuhan lamun tidak berfungsi penting dalam
pengambilan air, karena daun dapat menyerap nutrien secara langsung dari dalam
air laut.Untuk menjaga agar tubuhnya tetap mengapung di dalam kolom air
tumbuhan ini dilengkapi dengan ruang udara.Lamun tumbuh subur terutama di
daerah terbuka pasang surut dan perairan pantai atau goba yang dasarnya berupa
lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang mati dengan kedalaman sampai empat
meter.Spesies lamun yang biasanya tumbuh dengan vegetasi tunggal adalah Thalassia
hemprichii, uninervis, Cymodocea serrulata, dan Thlassodendron ciliatum.
Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Halodule
Padang lamun menyebar hampir di seluruh kawasan perairan
pantai Indonesia. Anda akan sangat mudah mengenali tumbuhan ini. Padang lamun
biasanya sangat mirip dan bahkan menyerupai padang rumput di daratan dan hidup
pada kedalaman yang relative dangkal (1-10 meter) kecuali beberapa jenis
seperti Halodule sp., Syringodium sp. dan Thalassodendrum sp., yang juga di
temukan pada kedalaman sampai dengan 20 meter dengan penetrasi cahaya yang
relative rendah. Malah pernah dilaporkan jenis Halophila yang di temukan pada
kedalaman 90 meter oleh Taylorm (1928) yang ditulis dalam Den Hartog (1970).
Namun umumnya sebagian besar padang lamun menyebar pada kedalaman 1 – 10 meter.
Di beberapa perairan dangkal, kita dapat menyaksikan padang lamun dengan
kepadatan yang cukup tinggi yang memberikan kesan hijau pada dasar perairan.
Untuk tipe perairan tropis seperti Indonesia, padang lamun
lebih dominan tumbuh dengan koloni beberapa jenis (mix species) pada suatu
kawasan tertentu yang berbeda dengan kawasan temperate atau daerah dingin yang
kebanyakan di dominasi oleh satu jenis lamun (single species). Penyebaran lamun
memang sangat bervariasi tergantung pada topografi pantai dan pola pasang
surut.Anda bisa saja menjumpai lamun yang terekspose oleh sinar matahari saat
surut di beberapa pantai atau melihat bentangan hijau yang didalamnya banyak
ikan-ikan kecil saat pasang.Jenisnya pun beraneka ragam, yang di pantai
Indonesia sendiri,kita bias menjumpai 12 jenis lamun dari sekitar 63 jenis
lamun di dunia dengan dominasi beberapa jenis diantaranya Enhalus acoroides,
Cymodocea spp, Halodule spp., Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium,
Thallasia hemprichii dan Thalassodendron ciliatum.Dan saya percaya kawasan
perairan Indonesia yang sangat luas mempunyai jenis lamun yang lebih dari
perkiraan beberapa lembaga penelitian.
2.2.3
Ciri-Ciri Lamun
Tumbuhan lamun memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1. Toleransi terhadap kadar garam
lingkungan
2. Tumbuh pada perairan yang selamanya
terendam
3. Mampu bertahan dan mengakar pada lahan
dari hempasan ombak dan tekanan arus
4. Menghasilkan pollinasi hydrophilous (
benang sari yang tahan terhadap kondisi perairan )
5. Memiliki kutikula sebagai pengganti
stomata
6. Lamun adalah satu - satunya tanaman
berbunga yang akarnya berpembuluh dan teradaptasi dengan lingkungan laut.
(Nontji, 1993).
2.2.4
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pertumbuhan Lamun
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kehidupan lamun secara umum adalah kualitas air, substrat dasar perairan.
Kualitas air meliputi temperatur, cahaya, salinitas dan nutrien.
a) Temperatur
Temperatur merupakan salah satu faktor
ekologi perairan yang sangat penting, karena mempengaruhi proses-proses
fisiologis lamun, seperti ketersediaan dan penyerapan, nutrien, respirasi dan
siklus protein. Zieman (1982) menyatakan bahwa lamun lebih tahan terhadap
maningkatnya temperatur dibandingkan dengan alga. Mellors dkk, menemukan
keterkaitan antara temperatur dan biomassa lamun, tetapi faktor temperatur ini
dapat berakibat merugikan pada proses fotosintesis dan kehidupan apabila
terjadi kombinasi antara temperatur dan intensitas yang berlebih (Mellors,
1993).
b) Cahaya
Larkum (1989) menyatakan bahwa cahaya
merupakan faktor yang menentukan penyebaran dan kelimpahan lamun. Intensitas
cahaya yang masuk ke dalam kolom air dipengaruhi oleh kecerahan perairan.
Semakin bertambah kedalaman suatu perairan berarti intensitas cahaya menurun
maka biomassa lamun semakin menurun (Hilman dkk, 1989). Tiap spesies lamun
memiliki intensitas cahaya minimum dan maksimum yang dibutuhkan sebagai syarat
lulus kehidupan dan faktor pertumbuhan yang optimal (Dahuri, 2001).
c)
Salinitas
Aktivitas tumbuhan dalam
berfotosintesis dipengaruhi oleh salinitas air. Laju fotosintesis berkurang
hingga mendekati nol pada air destilasi dan air dengan salinitas dua kali salinitas
air laut. Faktor utama yang mempengaruhi tingkat salinitas di wilayah estuari
adalah suplai air tawar dari muara-muara sungai. pengaruh salinitas bersifat
positif bagi pertumbuhan daun lamun muda dimana pertambahan panjang daun
meningkat seiring meningkatnya salinitas. Padang lamun di Cairns Harbour
Australia dapat hidup pada kisaran salinitas 20‰-50‰ (Dahuri, 2001).
d)
Nutrien
Senyawa organik yang penting bagi lamun
diantaranya tersusun oleh unsur-unsur karbon, nitrogen, fosfor. Sumber utama karbon
bagi lamun berasal dari sedimen yang diserap oleh akar. Dua puluh lima persen
dari karbon yang diserap oleh akar ditransfer ke daun sedangkan sisanya tetap
berada di perakaran lamun. Nitrogen merupakan salah satu faktor pembatas
pertumbuhan lamun, diperoleh melalui akar setelah mengalami fiksasi oleh
bakteri. Nitrogen yang dihasilkan dari akar mampu mensuplai 20-50 % nitrogen
yang dibutuhkan suatu padang lamun. Fosfor dengan konsentrasi tertinggi
ditemukan di wilayah perakaran lamun dibandingkan dengan di substrat pada
kedalaman yang lebih dalam maupun substrat yang tidak ditumbuhi lamun (
Mellors, 1993 ).
e)
Substrat dasar
Karakteristik meliputi jenis substrat
dan kandungan nutrien dalam sedimen mampengaruhi bentukakar lamun. Di padang
lamun terdapat interaksi antara lamun dengan sedimen dan air, dimana tumbuhan
ini berpengaruh terhadap karakteristik kimia serta mikrobiologi sedimen dari
produksi detritus, aliran oksigen dari akar dan rimpangnya (Moriaty,1989).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu Dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan
praktikum Biologi Laut ini yaitu bertempat di Desa Kahyapu kecamatan Pulau
Enggano yang dilaksanakan pada tanggal 07 Mei 2016.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan
praktikum ini adalah :
·
Alat :
-
Karton hitam
-
Penggaris
-
Kamera
-
Plastic
-
Bamboo
-
Buku identifikasi
-
Alat tulis
·
Bahan :
1. Beberapa jenis Mangrove yang telah
ditemukan yaitu :
a. Lumnitzera littorea
b. Rhizophora apiculata
c. Avicenia Rumphiana
2. Beberapa jenis lamun yang telah
ditemukan :
a. Enhalus acoroides
b. Cymodocea rotundata
c. Thalassia hemprichii
3.3 Langkah Kerja :
a.
Mencatat jenis mangrove yang terdapat di Desa Kahyapu
b.
mencatat jenis akar, daun dan banyak propagul mangrove
c.
mengambil gambar bagian-bagian dari mangrove
d.
mengambil biota yang berintegrasi pada Mangrove
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENGAMATAN
4.1.1 Mangrove
1.Lumnitzera Littorea
Buah,Daun,Batang dan Akar.
2.Rhizophora apiculata
Buah,Daun,Batang dan Akar.
4.2 PEMBAHASAN
1. Mangrove
a. Lumnitzera Littorea
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil
Sub
Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Combretaceae
Genus : Lumnitzera
Spesies: Lumnitzera littorea (Jack) Voigt.
Ordo : Myrtales
Famili : Combretaceae
Genus : Lumnitzera
Spesies: Lumnitzera littorea (Jack) Voigt.
|
Deskripsi
|
:
|
Pohon
selalu hijau dan tumbuh tersebar, ketinggian pohon dapat mencapai 25 m,
meskipun pada umumnya lebih rendah. Akar nafas berbentuk lutut, berwarna coklat
tua dan kulit kayu memiliki celah/retakan membujur (longitudinal).
|
|
Daun
|
:
|
Daun
agak tebal berdaging, keras/kaku, dan berumpun pada ujung dahan. Panjang
tangkai daun mencapai 5 mm. Unit & Letak: sederhana, bersilangan. Bentuk:
bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 2-8 x 1-2,5 cm.
|
|
Bunga
|
:
|
Bunga
biseksual, berwarna merah cerah, harum, dan dipenuhi oleh nektar. Panjang
tangkai bunga mencapai 3 mm, tandan 2-3 cm. Memiliki dua buah pinak daun
berbentuk bulat telur dan berukuran 1 mm pada bagian pangkalnya. Letak: di
ujung. Formasi: bulir. Daun mahkota: 5; merah, 4-6 x 1,5-2 mm. Kelopak bunga:
5; hijau 1 x-12 mm. Benang sari: <10; Panjang benang sari dua kali ukuran
daun mahkota.
|
|
Buah
|
:
|
Buah
berbentuk seperti pot/jambangan tempat bunga/elips, berwarna hijau keunguan,
agak keras dan bertulang. Ukuran: panjang 9-20mm; Diameter 4-5 mm.
|
|
Ekologi
|
:
|
Menyukai
substrat halus dan berlumpur pada bagian pinggir daratan di daerah mangrove,
dimana penggenangan jarang terjadi. Mereka juga terdapat pada jalur air yang
memiliki pasokan air tawar yang kuat dan tetap. Perbungaan terjadi sepanjang
tahun. Produksi nektar, warna bunga serta morfologi dan lokasinya menunjukkan
bahwa penyerbukannya dibantu oleh burung. Buah yang ringan dan dapat mengapung
sangat menunjang penyebaran mereka melalui air.
|
|
Penyebaran
|
:
|
Daerah
tropis Asia, Indonesia, Australia Utara dan Polinesia. Tidak terdapat, atau
kalaupun ada, sangat jarang dijumpai di pantai-pantai di Jawa.
|
|
Kelimpahan
|
:
|
|
|
Manfaat
|
:
|
Kayunya kuat
dan sangat tahan terhadap air. Dengan penampilannya yang menarik dan memiliki
wangi seperti mawar, maka kayunya sangat cocok untuk dijadikan sebagai bahan
pembuatan lemari dan furnitur lainnya. Sayangnya, kayu berukuran besar sangat
jarang ditemukan.
|
|
Catatan
|
:
|
Meskipun
ditemukan di seluruh Malaysia dan Indonesia, L. littorea dan L. racemosa
tidak pernah ditemukan pada habitat dan lokasi yang sama. Penyebab persis
dari perbedaan karakter ekologis tersebut sampai saat ini belum diketahui.
|
Reproduksi :
b. Rhizophora apiculata
Klasifikasi Rhizopora apiculata
Regnum
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales
Famili
: Rhizophoraceae
Genus
: Rhizophora
Spesies
: Rhizophora
apiculata Bl
Deskripsi Rhizopora apiculata
Rhizopora apiculata memiliki ciri dengan akar tunjang
yang menyolok dan bercabang-cabang.Batang berkayu dan berbentuk silindris.Daun
tunggal, terletak berhadapan, terkumpul di ujung ranting, dengan kuncup
tertutup daun penumpu yang menggulung runcing.Helai daun eliptis, tebal licin
serupa kulit, hijau atau hijau muda kekuningan, berujung runcing,
bertangkai.Daun penumpu cepat rontok, meninggalkan bekas serupa cincin pada buku-buku
yang menggembung.
|
Deskripsi
|
:
|
Pohon
dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai 50 cm.
Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5 meter, dan
kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar dari cabang. Kulit kayu
berwarna abu-abu tua dan berubah-ubah.
|
|
Daun
|
:
|
Berkulit,
warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan kemerahan di bagian
bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan warnanya kemerahan. Unit &
Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips menyempit. Ujung: meruncing.
Ukuran: 7-19 x 3,5-8 cm.
|
|
Bunga
|
:
|
Biseksual,
kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang berukuran <14 mm. Letak:
Di ketiak daun. Formasi: kelompok (2 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4; kuning-putih,
tidak ada rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak bunga: 4; kuning kecoklatan,
melengkung. Benang sari: 11-12; tak bertangkai.
|
|
Buah
|
:
|
Buah
kasar berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir, warna coklat,
panjang 2-3,5 cm, berisi satu biji fertil. Hipokotil silindris, berbintil,
berwarna hijau jingga. Leher kotilodon berwarna merah jika sudah matang.
Ukuran: Hipokotil panjang 18-38 cm dan diameter 1-2 cm.
|
|
Ekologi
|
:
|
Tumbuh
pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang normal.
Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Tingkat
dominasi dapat mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi.
Menyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang
kuat secara permanen. Percabangan akarnya dapat tumbuh secara abnormal karena
gangguan kumbang yang menyerang ujung akar. Kepiting dapat juga menghambat
pertumbuhan mereka karena mengganggu kulit akar anakan. Tumbuh lambat, tetapi
perbungaan terdapat sepanjang tahun.
|
|
Penyebaran
|
:
|
Sri
Lanka, seluruh Malaysia dan Indonesia hingga Australia Tropis dan Kepulauan
Pasifik.
|
|
Kelimpahan
|
:
|
|
|
Manfaat
|
:
|
Kayu
dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu bakar dan arang. Kulit kayu berisi
hingga 30% tanin (per sen berat kering). Cabang akar dapat digunakan sebagai
jangkar dengan diberati batu. Di Jawa acapkali ditanam di pinggiran tambak
untuk melindungi pematang. Sering digunakan sebagai tanaman penghijauan.
|
Reproduksi
:
c. Avicenia rumphiana
|
Kingdom:
|
|
|
Division:
|
|
|
Class:
|
|
|
Order:
|
|
|
Family:
|
|
|
Genus:
|
|
|
Species:
|
A. rumphiana
|
Deskripsi :Avicennia rumphiana adalah salah satu bakau tertinggi
kadang-kadang tumbuh sampai 30 m (98 kaki) tinggi dengan ketebalan 3 m (10
kaki) tapi biasanya jauh lebih kecil dari ini. Bagasi memiliki penopang dan
akar yang tersebar dangkal di seluruh substrat dan mengirim hingga banyak pneumatophores . Ini adalah akar vertikal pendek dan
digunakan untuk pertukaran gas.Kulit halus dan warna gelap abu-abu.Daunnya
berpasangan berlawanan, oval, kadang-kadang berbentuk sendok, hijau mengkilap
di atas dan coklat kekuningan dikempa bawah. Bunga-bunga individu lebih dari 1
cm (0,4 inci) dan dalam gugus bola, baik kelopak dan kelopak menjadi berbulu. Kapsul buah juga dikempa dan mengandung satu biji.
Daun : sering berbentuk sendok, tetapi tidak
selalu (panjang 8-10cm). Hijau di atas, bawah zaitun atau kecoklatan dengan
beludru atau tekstur berbulu.Daun muda muncul pada pasangan dan terlihat
seperti beigetelingakelincberbulu.
Bunga : besar (1 cm), oranye-kuning, dalam kelompok ketat yang bulat dalam bentuk. Kelopak luar sangat berbulu dan kelopak.Bunga-bunga dikatakan harum.Tangkai bunga yang persegi, tapi batang tidak persegi semua jalan ke bagian daun-bant
Bunga : besar (1 cm), oranye-kuning, dalam kelompok ketat yang bulat dalam bentuk. Kelopak luar sangat berbulu dan kelopak.Bunga-bunga dikatakan harum.Tangkai bunga yang persegi, tapi batang tidak persegi semua jalan ke bagian daun-bant
Habitat
dan Ekologi
Spesies
ini ditemukan di zona muara hilir di wilayah intertidal tinggi (Robertson dan
Alongi 1992). Ini adalah spesies yang tumbuh cepat, yang dapat tumbuh hingga 20
m tetapi sering hanya untuk 5 atau 10 m. Ini adalah menjajah spesies di lumpur
yang baru terbentuk di Asia Tenggara (Terrados et al. 1997), dan
memiliki toleransi yang tinggi dari kondisi hypersaline (Tomlinson 1986).
2.LAMUN
a. Enhalus acoroides
Divisio : Anthophyta
Kelas : Monocotyledonia
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocaritacea
Sub famili : Vallisnerioideae
Genus : Enhalus
Spesies : Enhalus acoroides
Habitat Lamun ( Enhalus acoroides )
Acoroides Enhalus ditemukan di zona subtidal dan lambat untuk menghasilkan tunas baru
tapi menghasilkan biomassa yang tinggi, menjadi lamun sangat besar. siltier
air, semakin lama daun tumbuh untuk menangkap lebih banyak cahaya. Ini adalah
satu-satunya spesies yang melepaskan serbuk sari ke permukaan air dalam
reproduksi seksual, yang membatasi distribusi ke daerah-daerah subtidal
intertidal dan dangkal.Ini adalah, spesies gigih lambat tumbuh dengan
resistensi miskin untuk gangguan (Green dan pendek 2003).
Enhalus acoroides adalah umum di daerah lamun utama Asia Tenggara. Di Thailand, hal itu terjadi di kanal air payau turun ke bawah zona intertidal dan subtidal di lumpur, pasir berlumpur dan substrat karang berpasir. Di Teluk Thailand, tumbuh pada substrat kasar mulai dari pasir menengah dan kasar menjadi puing-puing karang pada kedalaman 0,5-1,0 m. Di Indonesia, E.acoroides tumbuh di berbagai jenis sedimen yang berbeda, dari lumpur ke pasir kasar, di daerah subtidal atau daerah dengan bioturbation berat. Di Filipina, itu berkolonisasi keruh, tenang, daerah yang dilindungi seperti teluk dan muara (Green dan pendek 2003). Di Semenanjung Malaysia, itu adalah umum di seluruh pantai di pantai berlumpur dan daerah yang terkena surut.
Enhalus acoroides adalah umum di daerah lamun utama Asia Tenggara. Di Thailand, hal itu terjadi di kanal air payau turun ke bawah zona intertidal dan subtidal di lumpur, pasir berlumpur dan substrat karang berpasir. Di Teluk Thailand, tumbuh pada substrat kasar mulai dari pasir menengah dan kasar menjadi puing-puing karang pada kedalaman 0,5-1,0 m. Di Indonesia, E.acoroides tumbuh di berbagai jenis sedimen yang berbeda, dari lumpur ke pasir kasar, di daerah subtidal atau daerah dengan bioturbation berat. Di Filipina, itu berkolonisasi keruh, tenang, daerah yang dilindungi seperti teluk dan muara (Green dan pendek 2003). Di Semenanjung Malaysia, itu adalah umum di seluruh pantai di pantai berlumpur dan daerah yang terkena surut.
Reproduksi : mampu hidup di media air asin, mampu berfungsi
normal dalam keadaan terbenam, mempunyai sistem perakaran jangkar yang
berkembang baik, mampu melaksanakan penyerbukan dan daur generatif dalam
keadaan terbenam.
Deskripsi : Enhalus acoroides adalah
salah satu jenis lamun yang terdapat diperairan indonesia, Tumbuhan ini
memiliki rhizoma yang ditumbuhi oleh rambut-rambut padat dan kaku dengan lebar
lebih dari 1,5 cm, memiliki akar yang banyak dan bercabang dengan panjang
antara 10 – 20 cm dan lebar 3 – 5 mm. Daun dari tumbuhan ini dapat mencapai 30
– 150 cm dengan lebar 1,25 – 1,75 cm . Akar Enhalus acoroides dapat
mencapai panjang lebih dari 50 cm sehingga dapat menancap secara kuat pada
substrat.
b. Cymodocea rotundata
Kingdom : Plantae
Divisi :
Anthophyta
Kelas :
Angiospermae
Subkelas : Monocotyledonae
Ordo :
Helobiae
Famili :
Cymodoceaceae
Genus :Cymodocea
Spesies :
Cymodocea rotundata
|
Habitat
dan Ekologi:
|
Cymodocea
rotundata
sering terjadi di air jernih, dan sering di zona intertidal tinggi. Spesies
ini adalah tahan terhadap kondisi marjinal. Seperti banyak spesies
intertidal, morfologi spesies ini dapat bervariasi secara luas, dan untuk
alasan ini kadang-kadang dapat menjadi bingung dengan spesies lain (yaitu,
dengan daun yang sempit Thalassia hemprichii atau uninervis
Halodule lebar). Spesies ini tidak seperti paparan penuh di surut
(kondisi kering).
Di Laut Andaman, menempati zona pesisir yang lebih rendah pada daerah pasir berlumpur atau berpasir bawah dicampur dengan fragmen karang mati. Cymodocea rotundata dapat bertahan hidup tingkat moderat gangguan. Ini adalah spesies pionir di Indonesia (bersama dengan ovalis Halophila dan Halodule pinifolia) yang terjadi di zona subtidal intertidal dan dangkal rendah, tumbuh terbaik di berpasir baik-terlindung (tidak berlumpur), stabil dan sedimen rendah-bantuan (Green dan pendek 2003 ). |
Deskripsi :
a. Tanaman ramping, mirip dengan
Cymodocea serrulata, daun seperti garis lurus dan lengkap (panjang 6-15 cm,
lebar 2-4 mm), lurus sampai agak bulat, tidak menyempit sampai ujung daun.
b. Ujung daun bulat dan seludang daun keras.Rimpang ramping
(diameter 1-2 mm, panjang antar ruas 1-4 cm) dari Cymodocea serrulata, dengan
tunas pendek yang tegak, setiap ruas ada 2-5 (7) daun.
c. Buah berbulu tanpa tangkai, berada dalam seludang
daun.Setengah lingkaran dan agak keras, bagian bawah berlekuk dengan 3-4 geligi
runcing.
d. Tumbuh
di pasir-lumpuran atau pasir dengan pecahan karang di daerah pasang
surut, kadang-kadang bercampur dengan jenis lamun lain.
Reproduksi
:: mampu
hidup di media air asin, mampu berfungsi normal dalam keadaan terbenam,
mempunyai sistem perakaran jangkar yang berkembang baik, mampu melaksanakan
penyerbukan dan daur generatif dalam keadaan terbenam.
c. Thalassia hemprichii
Divisio : Anthophyta
Kelas : Monocotyledonia
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocaritaceae
Sub famili : Vallisnerioideae
Genus : Thalassia
Spesies : Thalassia hemprichii
Habitat :T. hemprichii merupakan salah satu
jenis lamun yang tumbuh di perairan tropik dan penyebarannya cukup
luas (Thomascik et. al, 1997). Menurut Kiswara (1992) lamun jenis
ini sangat umum dan banyak ditemukan di daerah rataan terumbu, baik yang tumbuh
sendiri-sendiri (monospesifik) maupun yang tumbuh bersama-sama dengan lamun
jenis lain atau tumbuhan lain (mixed vegetasi).
Deskripsi : T. hemprichii mempunyai rimpang (rhizoma) yang
berwarna coklat atau hitam dengan ketebalan 1 – 4 mm dan panjang 3 –
6 cm. Setiap nodus ditumbuhi oleh satu akar dimana akar dikelilingi oleh rambut
kecil yang padat. Setiap tegakan mempunyai 2 – 5 helaian daun dengan apeks daun
yang membulat, panjang 6 – 30 cm dan lebar 5 – 10 mm.
Reproduksi : Mampu hidup di media air asin, mampu berfungsi
normal dalam keadaan terbenam, mempunyai sistem perakaran jangkar yang
berkembang baik, mampu melaksanakan penyerbukan dan daur generatif dalam
keadaan terbenam.
BAB V
PENUTUP
5.1
KESIMPULAN
5.2 SARAN
Sebaiknya praktikan harus lebih
serius di kegiatan praktikum yang dilaksanakan, agar lebih dapat dipahami dan
dapat berfungsi dengan selayaknya bagi praktikan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar